Oleh : Hamim T. Majdi
(bagian satu)
Tuhan menciptakan manusia dengan
kelengkapan perangkat yang menyertainya, baik perangkat keras
(fisik/kesempurnaan organ tubuh) maupun perangkat lunaknya (psikis/emosi, pikiran
dan hati). Kesemuanya diperuntukkan kepada manusia untuk berjuang menuju
kehidupan yang lebih baik dan menjadi manusia yang unggul dan penuh kebahagiaan. Di antara perangkat lunak yang
dimiliki manusia yaitu sistem pertahanan diri yang bekerja secara otomatis
ketika menghadapi tantangan. Dalam ilmu psikologi penyebab utama seserorang
harus mempertahankan diri adalah kecemasan.
Kecemasan Sebagai Signalnya
Menurut
Sigmund Freud tokoh psikoanalisa, bahwa dinamika-dinamika kepribadian sebagian
besar diatur oleh keperluan memuaskan kebutuhan hidup manusia. Namun faktanya
justru kadang yang didapatkan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, membuat
frustasi bahkan ancaman atau sesuatu yang membahayakan. Terhadap
stimulus-stimulus yang mengancam atau membahayakan, seseorang biasanya menunjukkan reaksi ketakutan, dan
bila stimulus tersebut tidak dapat diatasi atau tidak bisa dikendalikan,
sehingga menghantuai atau mengancam kehidupannya, maka pada akhirnya akan
mengalami kecemasan atau anxiety.
Frued membagi tiga jenis kecemasan. Pertama kecemasan riel, yaitu kecemasan
atau ketakutan seseorang terhadap hal-hal yang membahayakan yang kasat mata
yang bisa dilihat seperti ; ketika melihat api bayangan yang terlintas adalah keganasan api yang bisa membakar dan
yang diingat adalah peristiwa kebakaran. Ketika melihat binatang buas seperti singa, harimau ataupun
ular, banyangannya binatang-binatang tersebut suatu saat akan menerkam dirinya.
Ketika melihat orang jahat dengan tampangnya yang menyeramkan pikirannya
menjadi takut, bahwa orang jahat tersersebut akan melukai dirinya atau berbuat
jahat kepada dirinya.
Kedua, kecemasan neurotik, yaitu kecemasan atas tidak
terkendalinya naluri yang bisa mendatangkan hukuman, takut terhadap sesuatu
yang tidak diingankan terjadi. Dengan kata lain Kecemasan neurotik atau syaraf disebabkan oleh
pengamatan atau perasaan yang menimbulkan ketegangan pada syaraf seseorang.
Ketegangan syaraf ini timbul karena menurut perasaannya tidak akan mampu
menghadapi apa yang terjadi dan ia selalu membayangkan apa yang dirasa terjadi
akan membuat dirinya menderita . Dalam hal ini kecemasan neurotik terjadi
karena takut pada apa yang dibayangkannya sendiri.
Contoh kecemasan neurotik adalah, para siswa yang akan menghadapi
ujian akhir sekolah, ketakutan yang muncul adalah ketidak lulusan dan kegagalan.
Sehingga banyak ditemukan siswa kesurupan,
sebagai bagian dari kecemasan neurotik yang
disebut dengan istilah histeria, yaitu ditandai dengan kondisi
ketidakstabilan emosi. Konflik mentalnya diekspresikan melalui gejala fisik
tertentu yang berpengaruh terhadap fungsi tubuh secara menyeluruh
(kejang-kejang dan bicara sendiri)
Ketiga, kecemasan moral, yaitu kecemasan yang timbul
akibat tekanan batin karena takut melakukan pelanggaran moral (norma agama atau
norma masyarakat). Orang-orang yang memiliki
super ego (suara hati) yang baik
cenderung merasa bersalah atau malu jika mereka berbuat atau berfikir sesuatu
yang bertentangan dengan moral. Menurut Hall & Lindzey, kecemasan
moral muncul apabila seseorang merasa khawatir akan melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan moral. Oleh karena itu orang yang memiliki kecemasan moral
akan cenderung menghindari apa yang bertentangan dengan moral
Pada prinsipnya kecemasan dalam
kajian psikologi mempunyai arti penting bagi seseorang, yaitu membantu
mengetahui adanya bahaya yang sedang mengancam. Layaknya menghadapi bahaya yang nyata, kecemasan
sebagai signal akan mengarahkan seseorang fokus perhatian terhadap bahaya atau
ancaman yang akan terjadi sehingga bersiap-siap untuk menghadapinya. Namun bila
kecemasan ini tidak bisa dikendalikan maka akan membahayakan bagi seseorang,
sehingga memunculkan berbagai jenis pertahanan diri, bertahan dan terhindar dari
kecemasan
Jenis-Jenis Pertahanan Diri
Menurut
Freud mekanisme pertahanan diri merupakan mekanisme yang sangat rumit dan
didahului dengan konflik diri, lamanya konflik diri sebelum menentukan jenis
atau bentuk pertahanan diri masing-masing orang berbeda, ada yang cepat atau
segera mengambil sikap, dan ada yang lambat berputar-putar dengan kecemasannya.
Freud menyebut sedikitnya ada tujuh jenis pertahanan diri yaitu ; represi,
sublimasi, proyeksi, displacement, rasionalisasi, reaksi formasi dan regresi
a.
Represi
Arti sesungguhnya
represi adalah penekanan, pengekangan, penahanan dan penindasan. Sedangkan
Frued mengambil istilah represi untuk pertahanan diri dengan memberi pengertian
sebagai mekanisme pertahanan diri untuk meredakan kecemasan dengan cara
menekan, mengekang atau menahan dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang
muncul sehingga menyebabkan kecemasan reda dan masuk ke pikiran bawah sadar. Represi merupakan
bentuk pertahanan diri yang paling utama dan berkaitan langsung dengan pengurangan
kecemasan. Represi dilakukan secara sadar, senang dan gembira bukan
keterpaksaan, mengingat bila dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang
muncul dilakukan akan membayakan atau
mengancam dirinya atau orang lain.
Sejalan dengan tugas
pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu
mengantarkan seseorang agar mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Ini berarti hasil
pendidikan harus menjadikan seseorang tau apa saja yang bisa menyelamatkan
dirinya dan apa saja yang bisa membahagiakan dirinya. Kecemasan yang berlarut
akan mengurangi bahkan menghalangi seseorang memperoleh kebahagiaan, kecamasan
yang tidak dikendalikan akan mengakibatkan keselamatan jiwa terancam. Untuk itu
peserta didik perlu dipahamkan bahwa setiap dorongan-dorongan atau
keinginan-keinginan yang muncul tidak harus dipenuhi. Sebab boleh jadi bila
keinginan-keinginan itu dipenuhi akan mengakibatkan atau menimbulkan bahaya
Dengan kata lain
bagaimana pendidikan mengajarkan kepada peserta didik untuk tidak meluapkan
keinginannya begitu saja alias mengumbar hawa nafsunya. Peserta didik perlu
dilatih untuk ngempet roso (menahan
keinginan) agar pikirannya bisa jernih memilih hal-hal yang membahagiakan bagi
dirinya dan menyingkirkan hal-hal yang mencemaskan. Mekanisme pertahanan
diri yang berbentuk represi ini akan menjadikan orang lebih bijaksana dan
memiliki sikap waspada, melakukan hal-hal yang perlu dilakukan,
mengenyampingkan hal-hal yang tidak mempunyai manfaat bagi kehidupannya
(bersambung)
Hamim
T. Majdi
Magister
Psikologi Pendidikan
Direktur
LPDK Argopani Cendekia Lumajang
0 komentar:
Post a Comment