Tuesday, April 2, 2013

Mekanisme Pertahanan Diri 6


Oleh : Hamim T. Majdi
(bagian keenam)
  
REAKSI FORMASI, MENCINTA DENGAN KEBENCIAN

Kalau kita mengamati muda-mudi, sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta (fall in love), maka sejatinya jalinan asmara itu berasal dari magnit, daya tarik antar kedua pihak karena ada sebuah pesona yang menggoda dan sesuatu yang didamba untuk memperoleh kenikmatan dan ketenangan hidup, sehingga cinta menghadirkan rasa kasih dan sayang. Itu berarti mencintai sama halnya mengasihi dan menyayangi secara tulus agar sang pujaan tetap dalam dekapan dan selalu memberikan kedamaian. Rumus cinta yang berlaku secara umum sebagaimana di atas, ternyata tidak berlaku selamanya, juga tidak berlaku dalam semua aspek kehidupan. Dalam konsep mekanisme pertahanan diri, mencintai tidak harus didasari pada sebuah pesona atau sebuah harapan untuk mendapatkan ketenangan hakiki, bahkan cinta bisa lahir dari sebuah kebencian, kebencian yang harus menghadirkan rasa cinta, mengasihi dan menyayangi.


Lagu Heidy Diana yang berjudul istilah cinta beberapa baitnya sangat tepat mengungkapkan cinta dalam kebencian di antaranya “gemes” (genit-genit mesra), pura-pura mesra tapi hatinya sama sekali tidak ada rasa cinta, atau istilah lain “sebel” (seneng betul), karena sikapnya yang menyebalkan itulah yang membuat daya tarik dan bisa menghadirkan rasa cinta.

Pengertian Reaksi Formasi
Menurut Freud sebagaimana yang ditulis oleh  Hall and Lindzey, reaksi formasi atau pembentukan reaksi merupakan  salah satu bentuk pertahanan diri dengan menggunakan suatu impuls (dorongan atau rangsangan) atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan lawan atau kebalikannya dalam kesadaran. misalnya benci diganti dengan cinta. Rangsangan   aslinya masih tetap ada tetapi tertutup atau tersembunyi dibalik suatu rangsangan lain yang tidak menimbulkan kecemasan. Cara membedakan rangsan yang asli dengan reaksi formasi  menurut Freud yaitu biasanya reaksi formasi ditandai oleh sifat serba berlebihan, ekstrim, dan kompulsif (bersifat memaksa). Kadang-kadang pembentukan reaksi berhasil memuaskan impuls asli yang dilindungi atau disembunyikan.  Secara sederhana reaksi formasi dapat diartikan sebagai sebuah kebohongan ucapan atau sikap dalam rangka mempertahankan diri dan menghilangkan kecemasan atas situasi yang dialami, dengan istilah populernya “lain di bibir lain di hati”, berbuat tidak sesuai dengan yang diingini.


Berlindung dibalik Perkataan
Bagi kalangan ahli psikologi, perkataan dan tindakan dapat dijadikan analisa terhadap keadaan batin seseorang, dibalik apa yang dikatakan dan yang dilakukan seseorang mempunyai lebih dari satu makna yang dimaksud bahkan bisa berbelok dan berbalik dengan tujuan utama dengan harapan mendapat ketenangan batin atau ketenangan situasi yang dihadapi. Freud berpendapat bahwa orang-orang yang kelihatan “bermoral” sebenarnya sedang bersusah payah melawan ketidaknormalan mereka sendiri. Jadi karena diri mereka terancam, maka mereka berperilaku baik dan sabar untuk menutupi keabnormalannya. Freud menyebut seorang homoseksual yang bergabung dengan kelompok pembenci gay adalah sebuah contoh kongkrit dari reaksi formasi.

 Mekanisme pertahanan diri dalam bentuk reaksi formasi sering dimasukan ke dalam neurosis obsesional, mereka yang berkarakter obsesif dan gangguan kepribadian obsesif memiliki ciri-ciri :
1.       Perasaan ragu dan hati-hati yang berlebihan.
2.       Keterpakuan pada rincian, peraturan, daftar, perintah, organisasi, dan jadwal.
3.       Perfeksionis yang menghambat penyelesaian tugas.
4.       Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati, dan kecenderungan yang tidak semestinya untuk menciptakan kesenangan dan hubungan interpersonal.
5.       Keterpakuan dan ketertarikan yang berlebihan pada kebiasaan sosial.
6.       Kaku dan keras kepala.
7.       Pemaksaan secara tidak masuk akal agar orang lain melakukan sesuatu menurut caranya, atau keengganan yang tak masuk akal mengizinkan orang lain melakukan sesuatu.
8.       Mencampuradukkan pikiran atau dorongan yang bersifat memaksa atau yang tidak disukai.

Dalam kehidupan sehari-hari semua orang bisa melihat  ciri-ciri seseorang yang sedang mengalami reaksi formasi di antaranya adalah gaya bicaranya yang meledak-ledak atau bahasa kasarnya bicaranya tanpa ada titik dan koma sehingga yang mendengar bingung membedakan ini orang sedang bicara bersemangat atau sedang marah. Ciri lainnya adalah salah ucap beberapa kalimat dan sulit membenarkan walau diulang-ulang. Orang yang sedang melakukan reaksi formasi biasanya dalam kehidupan sosial (dalam kelurga, kelompok atau organisasi) sering memaksakan pendapatnya dan lebih parah lagi tidak mau mendengarkan pendapat orang kalau tidak sesuai dengan yang dikehendaki, orang lain dipaksa dengan berbagi cara untuk mengikuti kemauannya.

Sedang perilaku yang dapat dilihat bagi yang sedang bertahan dengan cara reaksi formasi ini adalah sikapnya yang  kelihatan bersih (sebagai upaya menutupi keburukan sifatnya), komentarnya yang seakan-akan suci (sebagai upaya menutupi kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan). Ada beberapa contoh untuk menguji kepekaan kita terhadap perilaku reaksi formasi.   Misalnya seorang guru yang iri hati terhadap prestasi guru lain, maka ia akan memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu sangat menghormatinya (memuji) secara berlebihan. Tentu saja pujianya tidak tulus, sehingga intonasi kalimat-kalimat pujian atau penghormatan terasa hampar, dangkal dan terdengar seperti hinaan. Pujian semu atau pujian berlebihan dari guru yang iri ini dalam rangka menghilangkan beban kekecewaan yang dilanda, di samping itu tidak pantas seorang guru melakukan tindakan-tindakan anarkhis bila sedang frustasi atau iri terhadap prestasi guru lain yang menurut penilaiannya belum layak atau kemampuannya masih berada jauh di bawahnya.

            Sama halnya seorang ibu yang membenci anaknya, karena kebencian kepada anak merupakan sikap yang tercela, dan karenanya membuat si ibu mengalami rasa berdosa dan kecemasan, maka si ibu kemudian mengungkapkan sikap sebaliknya, yakni menyayangi anaknya secara berlebihan. Contoh lain seorang yang getol melarang perjudian atau tindak kejahatan dengan maksud agar dapat menekan kecenderungan dirinya sendiri ke arah itu, jadi perjuangan untuk menyeru berbuat baik semata-mata karena dirinya punya potensi besar untuk melakukan kejahatan dan untuk mengalihkan potensi tersebut dengan cara menyeru orang lain untuk menghindar dari kejahatan atau menyeru berbuat baik.

Sisi Positif Reaksi Formasi
            Kalau kita tilik Pengertian reaksi formasi dalam mekanisme pertahanan diri adalah seseorang mengadakan pembentukan reaksi ketika berusaha menyembunyikan motif dan perasaan sebenarnya, dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan. Maka dengan cara ini seseorang dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan menghadapi ciri pribadi yang tidak menyenangkan.Perilaku reaksi formasi sangat berbahaya bila kebaikan yang dilakukan sekedar hanya pura-pura dan untuk memperoleh simpati semata, dan bila kepura-puraannya dilakukan secara terus menerus akan menjadi penyakit psikis yang akan merusak diri sendiri dan juga memutus hubungan dengan orang lain. Karena dalam pergaulan, orang lebih senang bergaul dengan orang-orang yang tulus dari pada orang yang sekedar cari muka.

 Sedangkan contoh reaksi formasi berupa pembalikan ke arah yang positif yaitu kebencian dibuat samar dengan menampilkan sikap penuh kasih sayang. Maka sikap kasih sayang adalah positif, dan lebih positif lagi bila dilakukan secara tulus  bukan sekedar topeng atau ingin dijuluki si lemah lembut. Reaksi yang berlawanan dari keadaan yang sesungguhnya juga positif bila yang dilawan adalah hal-hal yang buruk yang merugikan diri sendiri atau orang lain.

Tugas Pendidikan
            John Dewey mendefinisikan pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional. Sedangkan tugas pendidikan menurut  Ahmad D Marimba adalah membimbing perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Maka tugas pendidikan kaitannya dengan mekanisme pertahanan diri dalam bentuk reaksi formasi adalah membentuk pribadi-pribadi cerdas secara intelektual dan emosial, sehat jasmani dan rohaninya, bukan pribadi yang reaktif. Sifat dasar manusia adalah senang perilaku baiknya diketahui orang lain, sebaliknya selalu berusaha menutupi kesalahan yang pernah dilakukan agar orang lain tidak mengetahuinya. Karenanya meskipun kita tahu bahwa seseorang sedang melakukan reaksi formasi, artinya melakukan tindakan bersifat pura-pura janganlah langsung kita menegurnya, karena akan menghadirkan kebencian dan penolakan.

             Bahaya yang perlu dicegah akibat penggunaan pertahanan diri dalam bentuk reaksi formasi adalah sifat obsesif dengan ciri utamanya perfeksionis, ingin melihat segala sesuatu dalam keadaan sempurna, oleh karenanya kita perlu mengarahkan energi obsesifnya dalam bentuk semangat berjuang atau optimisme. Sehingga kenyataan yang ada dianggap sebagai anugerah terbesar, bukan dipandang dari sisi kesempurnaan dan ketidak lengkapan. Ketulusan menjadi tugas utama pendidik untuk menanamkan dalam pribadi peserta didiknya, kekecewaan atau kecemasan yang diselesaikan dengan sifat berlawanan yang lebih baik tanpa dibarengi dengan ketulusan dan niatan untuk melakukan yang terbaik akan menjadikan galau berlama-lama menyertai kehidupan. Pribadi utama yang dicita-citakan sebagai hasil akhir pendidikan adalah upaya membentuk pribadi yang selaras antara pikiran, hati, lisan dan perbuatannya. Yang diucapkan adalah yang telah dan hendak dilakukan, perbuatan mencerminkan kata hati dan pikirannya, sehingga pantas menjadi tauladan.
 
            Melengkapi tulisan ini, perlu untuk diketahui oleh para pendidik, bila dijumpai peserta didik yang selalu bertengkar mulut dengan siswa yang lain (antar lawan jenis) secara permanen, sejatinya mereka bukanlah bertengkar atau sedang marah, mereka sedang “berkencan” dengan bahasa komunikasi yang berlawanan (reaksi formasi), sebab mereka akan malu bila hasrat cinta di antara keduanya diketahui oleh siswa lain utamanya sang guru. Tom and Jerry serial film kartun, adalah salah satu serial yang mengambarkan reaksi formasi, hakikinya tikus dan kucing tidak bisa hidup rukun bersandingan, saling bermusuhan, saling mengusik, bahkan saling membuat perangkap. Walaupun si tikus dan si kucing bermusuhan,  di akhir episode tidak ada yang marah, tidak ada yang tersinggung, keduanya selalu meng-up grade trik-trik baru untuk menyegarkan tawa penonton. Tom and Jerry simbol kencan dalam bentuk pertengkaran, karena tidak mungkin bisa disatukan antara tikus dan kucing, bercinta dengan cara membenci itulah reaksi formasi.

Hamim T.  Majdi
Magister Psikologi Pendidikan
Direktur LPDK Argopani Cendekia Lumajang
 

0 komentar:

Post a Comment