Oleh : Hamim T. Majdi
(bagian kedua)
SUBLIMASI : MENUJU
MANUSIA SEJATI
Beberapa Pengertian
Ada tiga definisi dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia terkait dengan kata sublimasi. Pertama definisi umum, yaitu
perubahan ke arah satu tingkat lebih tinggi. Kedua definisi menurut Psikologi, yaitu usaha pengalihan hasrat yang
bersifat primitif ke tingkah laku yang dapat diterima oleh norma masyarakat. Ketiga definisi menurut kimia, yaitu perubahan langsung bentuk padat
suatu zat menjadi uap tanpa melalui bentuk cair. Sigmund Freud mendefiniskan sublimasi
adalah pertahanan diri yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan
dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab
kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima dan bahkan dihargai
oleh masyarakat.
Dalam kamus psikologi, J.P Chaplin mengurai sublimasi adalah
sebarang pengarahan dari impuls-impuls sosial yang tidak dapat diterima ke arah
penyaluran yang lebih bisa diterima.Kartini Kartono memberikan pengertian
sublimasi lebih luas sebagaimana dalam bukunya Hyhiene Mental dan Kesehatan Mental Dalam Islam, sublimasi adalah
usaha untuk mensubstitusikan atau mengganti kecenderungan-kecenderungan yang
egoistis, nafsu-nafsu seks yang animalistis, dorongan-dorongan biologis yang
primitif dan aspirasi-aspirasi sosial yang tidak sehat, menjadi tingkah laku
yang lebih tinggi atau luhur, yang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat
luas. Sebagaimana arti sublim itu sendiri yaitu yang utama atau yang maha tinggi, maka
dapatlah diambil keseimpulan bahwa sublimasi dalam konteks pertahanan diri bisa
diartikan sebagai upaya untuk menekan
dorongan atau kemauan yang bila diturutkan atau dipenuhi akan berakibat
mendapat hukuman sosial, karenanya dorongan tersebut dialihkan kepada
kegiatan-kegiatan yang lebih bermakna dan mendapat penghargaan sosial atau
diterima masyarakat
Dorongan yang ditekan
Istilah sublimasi
muncul dari gagasan Freud sebagai salah satu bentuk pertahanan diri, karenanya
ada baiknya kita mengetahui apa yang dimaksud oleh Freud tentang
dorongan-dorongan yang perlu ditekan sehingga menjadi energi positif yang
menggerakkan seseorang berperilaku lebih bermakna dan berkarya. Sebagai tokoh teori
kepribadian psikoanalisis, Freud membagi jiwa terdiri dari 3 sistem yaitu: Id,
ego
dan super
ego. Id terletak dalam
ketidaksadaran. Id merupakan tempat
dari dorongan-dorongan primitif, yaitu dorongan-dorongan yang belum dibentuk
atau dipengaruhi oleh kebudayaan berupa dorongan untuk hidup dan mempertahankan
kehidupan (life instinct) berupa seksual atau biasa dikenal dengan
istilah libido. Dan dorongan untuk
mati (death instinct), yaitu dorongan yang menyebabkan orang ingin
menyerang orang lain, berkelahi atau berperang atau marah yang disebut dengan
istilah agresi. Prinsip yang dianut
oleh Id adalah prinsip kesenangan (pleasure
principle) yang bertujuan untuk memuaskan semua dorongan primitifnya.
Selanjutnya
Freud berpandangan bahwa pada setiap orang terdapat seksualitas kanak-kanak (infantile
sexuality) yaitu dorongan seksual yang sudah ada mulai bayi. Dorongan ini
berkembang terus menjadi dorongan seksual hingga dewasa, melalui beberapa tahap
perkembangan, yaitu: pertama tahap "oral" yaitu daerah mulut, karenanya ketika bayi
disusui atau disuapi selain menghilangkan rasa lapar, sang bayi juga mendapat
kepuasan seksual di daerah mulutnya. Kedua
tahap "anal", yaitu daerah anus, ketika seseorang mengeluarkan
faeces (buang air besar), di samping mendapat kenikmatan karena
berkurangnya beban yang ada di dalam perut, saat itu juga merasakan kenikmatan
seksual di daerah anusnya. Ketiga adalah tahap "falis", yaitu daerah alat kelamin, melampiaskan
kenikmatan seksualnya dengan bermait-main anggota badan termasuk alat
kelaminnya
Seiring dengan tumbuh kembang manusia, maka tahapan
seksual mengikuti usia manusia, fase oral
berhenti dengan berakhirnya masa menyusui dan menyuapi. Sedangkan fase anal berakhir ketika anak-anak dipandang
mampu mengatur ritme buang air besar pada waktu tertentu dan di tempat buang
air (WC). Sedangkan fase falis
berakhir ketika anak-anak sudah mulai hidup mandiri dengan lingkungan sosialnya. Freud berpendapat
bahwa setiap mengakhiri fase seksual pada umumnya seseorang mengalami frustasi,
hal tersebut dapat dibuktikan, ketika anak-anak disapih, dihentikan masa
penyusuan timbul gejolak, tumbuh rasa kecewa dan melakukan pemberontakan, karenanya
orang tua harus cerdas melakukan penyapihan
sehingga sang anak bisa menerima dengan penuh kelapangan.
Begitu sulitnya mengatur anak-anak untuk menahan
buang air besar dan melarang anak-anak
tidak buang air besar di tempat umum. Anak-anak juga berontak ketika tidak lagi
diperbolehkan memainkan angota badannya termasuk alat kelaminnya, anak-anak
berhenti sejenak ketika ketahuan orang tuanya, dan anak-anak cenderung
mengulanginya ketika dalam kesendirian. Dorongan seksual yang ditekan akan memunculkan kecemasan bisa
melahirkan sikap agresif, ingin berkelai bahkan ingin membunuh. Dorongan seksual yang berupa rasa cinta yang ditekan dan
cinta yang tak sampai bisa mengakibatkan kelumpuhan
Kewajiban Orang Tua
Keluarga merupakan tempat pendidikan
pertama dan menjadi pondasi
pendidikan selanjutnya, sebagai gurunya adalah orang tua. Oleh karenanya karakter orang tua
mempunyai peran penting bagi tumbuh
kembangnya anak utamanya masalah seksual. Pada fase oral peran pendidik mutlak
dibebankan kepada ibu, karena hanya ibu yang bisa menyusui. Masa
menyusui yang sempurna adalah dua tahun sebagaimana yang tertuang dalam surat
Al-Baqarah ayat 233, dan boleh menyapihnya (memberhentikan menyusui kurang dari
dua tahun), banyak yang berpendapat bahwa fungsi menyusui bagi bayi di samping
sebagai makanan yang paling sempurna dan membentuk kekebalan tubuh serta
menjadikan anak cerdas, menyusui juga memberi dampak psikologis bagi anak, anak-anak
mendapatkan rasa aman dan nyaman ketika menyusu.
Begitu juga
dengan pelatihan pengaturan waktu dan tempat buang air bagi anak. Kebiasaan
orang tua akan menjadi warisan bagi karakter anak-anak, orang tua yang suka buang
air di sembarang tempat akan ditiru oleh anaknya. Pelatihan ini penting agar
anak tidak begitu saja buang air di sembarang tempat dan dengan ritme yang
teratur. Peringatan
Freud bahwa setiap pengakhiran masa tumbuh kembang seksual anak-anak mengalami
frustasi perlu menjadi perhatian bagi para orang tua. Bila orang tua tidak
menyadari pentingnya menyusui secara sempurna selama dua tahun dan mengajari
anak buang air di tempatnya serta membiarkan anak-anak memainkan anggota badan
terutama alat kelaminnya, maka akan melahirkan generasi-genarasi yang
mewariskan kecemasan dan agresif, mudah menyerah, selalu kalut dengan keadaan
dan sembrono yang semau gue tidak mengikuti norma agama serta norma masyarakat
Tugas Pendidikan
Pandangan
filosofis tentang hakekat manusia yaitu “manusia
adalah hewan yang berpikir”, artinya bahwa pada prinsipnya naluri manusia
yang paling rendah seperti halnya yang disampaikan Freud menyerupai sifat-sifat binatang yaitu ; buas,
liar dan tidak berperadaban. Binatang senantiasa mempertahankan kehidupannya
dengan memenuhi isi perut dan pelampiasan seksualnya. Binatang selalu menyingkirkan
bahkan memusnahkan siapa saja yang menghalanginya. Karena manusia itu hewan yang punya
pikiran, maka tugas sekolah adalah mengalihkan hasrat kebinatangannya menjadi
energi postif dan mengasah pikirannya untuk
menuntun kebaikan hidup sehingga memperoleh kebahagiaan hidup.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan
Taman Kanak-Kanak (TK) walaupun belum menjadi bagian pendidikan formal, namun
perannya sangat penting bagi pembentukan
dasar-dasar pertahanan diri, mengingat saat anak-anak memasuki PAUD dan TK
merupakan periode emas (golden age), masa dimana anak belajar mengenal sesuatu,
mengenal lingkungannya, mengenal arti bersosial, mengenal keluarga dan mengenal
dirinya berbanding dengan harapan beserta cita-citanya. Berkaitan dengan sublimasi sebagai
pertahan diri, maka tugas guru PAUD dan
TK adalah melakukan pendampingan kepada siswanya, sehingga anak-anak yang
sedang belajar lepas dari dekapan orang tuanya bisa menjadi pribadi yang
mandiri dan bisa beradaptasi dengan lingkungan baru baik di sekolah maupun di lingkungannya.
Seiring dengan globalisasi dan
kecanggihan teknologi informasi berpengaruh pada percepatan kematangan
pemahaman dan perilaku seks bagi anak-anak, sehingga anak-anak SD di kelas
akhir libidonya sudah mulai muncul,
begitu juga anak-anak SMP terlebih anak-anak SMA. Karenanya para pendidik perlu
memahami perilaku siswanya yang mengarah kepada seksualitas diantaranya;
perilaku sosial (pergaulan antar jenis kelamin), kata-kata yang digunakan
(kata-kata porno yang mengarah pada seksualitas) dan cara perpakainnya
(mengundang ketertarikan laman jenisnya). Bila tanda-tanda di atas sudah
didapati, maka para guru perlu segera mengambil langkah kongrit untuk
mengarahkan perilaku siswanya ke arah yang positif dan mengurangi masa
senggangnya, sebab masa senggang inilah yang banyak mengarahkan anak-anak untuk
melamun, mengayal hal-hal yang berbau
seks. Hanyalan yang kuat dan matang akan
membentuk perilaku.
Kegiatan ekstra kurikuler sangat
membantu siswa untuk mengurangi masa senggangnya, begitu juga tugas belajar
tambahan di rumah akan memacu siswa untuk belajar dan menambah pengetahuannya.
Dengan berkurangnya masa sengang dan kesibukannya untuk belajar akan mengarahkan
pola pikir dan perilaku anak kepada hal-hal yang positif, dan pada akhirnya
energi libidonya disublimasikan
menjadi semangat untuk maju, berkarya dan berkreasi. Bebeberapa contok kecemasan yang diakibatkan
energi seksual disublimasikan menjadi energi positif adalah orang yang hasrat
seksualnya sangat kuat kemudian disublimasikan dengan kegiatan-kegiatan yang
memeras tenaga seperti olah raga sehingga mereka menjadi super star di bidangnya. Para tukang jagal juga diindikasikan
memiliki dorongan agresi yang kuat namun disalurkan secara tepat.Menurut kenyakinan Freud bahwa para
ilmuwan, musikus, guru, paramedis serta tokoh terkenal sebagian besar merupakan
sublimasi dari dorongan seksual. Mereka mempunyai energi seksual yang tinggi,
dorongan seksualnya dialihkan dengan perilaku yang penuh perhatian, bersimpati
dan berempati seperti guru kepada siswa, paramedis kepada pasiennya. Maka
sungguh mulia bagi orang-orang yang mampu menyublimasikan energi libidonya menjadi
energi positif, dan merekalah manusia-manusia sejati (bersambung)
Hamim
T. Majdi
Magister
Psikologi Pendidikan
Direktur
LPDK Argopani Cendekia Lumajang
0 komentar:
Post a Comment