Monday, April 1, 2013

Mekanisme Pertahanan Diri 1


Oleh : Hamim T. Majdi
(bagian satu)

Tuhan menciptakan manusia dengan kelengkapan perangkat yang menyertainya, baik perangkat keras (fisik/kesempurnaan organ tubuh) maupun perangkat lunaknya (psikis/emosi, pikiran dan hati). Kesemuanya diperuntukkan kepada manusia untuk berjuang menuju kehidupan yang lebih baik dan menjadi manusia yang unggul dan penuh kebahagiaan. Di antara perangkat lunak yang dimiliki manusia yaitu sistem pertahanan diri yang bekerja secara otomatis ketika menghadapi tantangan. Dalam ilmu psikologi penyebab utama seserorang harus mempertahankan diri adalah kecemasan.

Kecemasan Sebagai Signalnya

            Menurut Sigmund Freud tokoh psikoanalisa, bahwa dinamika-dinamika kepribadian sebagian besar diatur oleh keperluan memuaskan kebutuhan hidup manusia. Namun faktanya justru kadang yang didapatkan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, membuat frustasi bahkan ancaman atau sesuatu yang membahayakan. Terhadap stimulus-stimulus yang mengancam atau membahayakan, seseorang  biasanya menunjukkan reaksi ketakutan, dan bila stimulus tersebut tidak dapat diatasi atau tidak bisa dikendalikan, sehingga menghantuai atau mengancam kehidupannya, maka pada akhirnya akan mengalami kecemasan atau anxiety.

Frued membagi tiga jenis kecemasan. Pertama kecemasan riel, yaitu kecemasan atau ketakutan seseorang terhadap hal-hal yang membahayakan yang kasat mata yang bisa dilihat seperti ; ketika melihat api bayangan yang terlintas  adalah keganasan api yang bisa membakar dan yang diingat adalah peristiwa kebakaran. Ketika melihat  binatang buas seperti singa, harimau ataupun ular, banyangannya binatang-binatang tersebut suatu saat akan menerkam dirinya. Ketika melihat orang jahat dengan tampangnya yang menyeramkan pikirannya menjadi takut, bahwa orang jahat tersersebut akan melukai dirinya atau berbuat jahat kepada dirinya.

Kedua, kecemasan neurotik, yaitu kecemasan atas tidak terkendalinya naluri yang bisa mendatangkan hukuman, takut terhadap sesuatu yang tidak diingankan terjadi. Dengan kata lain  Kecemasan neurotik atau syaraf disebabkan oleh pengamatan atau perasaan yang menimbulkan ketegangan pada syaraf seseorang. Ketegangan syaraf ini timbul karena menurut perasaannya tidak akan mampu menghadapi apa yang terjadi dan ia selalu membayangkan apa yang dirasa terjadi akan membuat dirinya menderita . Dalam hal ini kecemasan neurotik terjadi karena takut pada apa yang dibayangkannya sendiri.

Contoh kecemasan neurotik adalah, para siswa yang akan menghadapi ujian akhir sekolah, ketakutan yang muncul adalah ketidak lulusan dan kegagalan. Sehingga banyak ditemukan siswa kesurupan,     sebagai bagian dari kecemasan neurotik yang disebut dengan istilah histeria, yaitu ditandai dengan kondisi ketidakstabilan emosi. Konflik mentalnya diekspresikan melalui gejala fisik tertentu yang berpengaruh terhadap fungsi tubuh secara menyeluruh (kejang-kejang dan bicara sendiri)
 
Ketiga, kecemasan moral, yaitu kecemasan yang timbul akibat tekanan batin karena takut melakukan pelanggaran moral (norma agama atau norma masyarakat).  Orang-orang yang memiliki super ego  (suara hati) yang baik cenderung merasa bersalah atau malu jika mereka berbuat atau berfikir sesuatu yang bertentangan dengan moral. Menurut Hall & Lindzey, kecemasan moral muncul apabila seseorang merasa khawatir akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan moral. Oleh karena itu orang yang memiliki kecemasan moral akan cenderung menghindari apa yang bertentangan dengan moral  

Pada prinsipnya kecemasan dalam kajian psikologi mempunyai arti penting bagi seseorang, yaitu membantu mengetahui adanya bahaya yang sedang mengancam. Layaknya menghadapi bahaya yang nyata, kecemasan sebagai signal akan mengarahkan seseorang fokus perhatian terhadap bahaya atau ancaman yang akan terjadi sehingga bersiap-siap untuk menghadapinya. Namun bila kecemasan ini tidak bisa dikendalikan maka akan membahayakan bagi seseorang, sehingga memunculkan berbagai jenis pertahanan diri, bertahan dan terhindar dari kecemasan  

Jenis-Jenis Pertahanan Diri

            Menurut Freud mekanisme pertahanan diri merupakan mekanisme yang sangat rumit dan didahului dengan konflik diri, lamanya konflik diri sebelum menentukan jenis atau bentuk pertahanan diri masing-masing orang berbeda, ada yang cepat atau segera mengambil sikap, dan ada yang lambat berputar-putar dengan kecemasannya. Freud menyebut sedikitnya ada tujuh jenis pertahanan diri yaitu ; represi, sublimasi, proyeksi, displacement, rasionalisasi, reaksi formasi dan regresi 

a.      Represi
Arti sesungguhnya represi adalah penekanan, pengekangan, penahanan dan penindasan. Sedangkan Frued mengambil istilah represi untuk pertahanan diri dengan memberi pengertian sebagai mekanisme pertahanan diri untuk meredakan kecemasan dengan cara menekan, mengekang atau menahan dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang muncul sehingga menyebabkan kecemasan reda dan masuk ke pikiran bawah sadar. Represi merupakan bentuk pertahanan diri yang paling utama dan berkaitan langsung dengan pengurangan kecemasan. Represi dilakukan secara sadar, senang dan gembira bukan keterpaksaan, mengingat bila dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang muncul  dilakukan akan membayakan atau mengancam dirinya atau orang lain.

Sejalan dengan tugas pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu mengantarkan  seseorang agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Ini berarti hasil pendidikan harus menjadikan seseorang tau apa saja yang bisa menyelamatkan dirinya dan apa saja yang bisa membahagiakan dirinya. Kecemasan yang berlarut akan mengurangi bahkan menghalangi seseorang memperoleh kebahagiaan, kecamasan yang tidak dikendalikan akan mengakibatkan keselamatan jiwa terancam. Untuk itu peserta didik perlu dipahamkan bahwa setiap dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang muncul tidak harus dipenuhi. Sebab boleh jadi bila keinginan-keinginan itu dipenuhi akan mengakibatkan atau menimbulkan bahaya 

Dengan kata lain bagaimana pendidikan mengajarkan kepada peserta didik untuk tidak meluapkan keinginannya begitu saja alias mengumbar hawa nafsunya. Peserta didik perlu dilatih untuk ngempet roso (menahan keinginan) agar pikirannya bisa jernih memilih hal-hal yang membahagiakan bagi dirinya dan menyingkirkan hal-hal yang mencemaskan. Mekanisme pertahanan diri yang berbentuk represi ini akan menjadikan orang lebih bijaksana dan memiliki sikap waspada, melakukan hal-hal yang perlu dilakukan, mengenyampingkan hal-hal yang tidak mempunyai manfaat bagi kehidupannya (bersambung)
               
Hamim T.  Majdi
Magister Psikologi Pendidikan
Direktur LPDK Argopani Cendekia Lumajang



0 komentar:

Post a Comment