Oleh : Hamim T. Majdi
(bagian keenam)
REAKSI
FORMASI, MENCINTA DENGAN KEBENCIAN
Kalau kita mengamati
muda-mudi, sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta (fall in love), maka
sejatinya jalinan asmara itu berasal dari magnit, daya tarik antar kedua pihak
karena ada sebuah pesona yang menggoda dan sesuatu yang didamba untuk
memperoleh kenikmatan dan ketenangan hidup, sehingga cinta menghadirkan rasa
kasih dan sayang. Itu berarti mencintai sama halnya mengasihi dan menyayangi
secara tulus agar sang pujaan tetap dalam dekapan dan selalu memberikan
kedamaian. Rumus cinta yang
berlaku secara umum sebagaimana di atas, ternyata tidak berlaku selamanya, juga
tidak berlaku dalam semua aspek kehidupan. Dalam konsep mekanisme pertahanan
diri, mencintai tidak harus didasari pada sebuah pesona atau sebuah harapan
untuk mendapatkan ketenangan hakiki, bahkan cinta bisa lahir dari sebuah kebencian,
kebencian yang harus menghadirkan rasa cinta, mengasihi dan menyayangi.
Lagu Heidy Diana yang
berjudul istilah cinta beberapa
baitnya sangat tepat mengungkapkan cinta dalam kebencian di antaranya “gemes”
(genit-genit mesra), pura-pura mesra tapi hatinya sama sekali tidak ada rasa
cinta, atau istilah lain “sebel” (seneng betul), karena sikapnya yang
menyebalkan itulah yang membuat daya tarik dan bisa menghadirkan rasa cinta.
Pengertian Reaksi Formasi
Menurut Freud sebagaimana
yang ditulis oleh Hall and Lindzey, reaksi
formasi atau pembentukan reaksi merupakan salah satu bentuk pertahanan diri dengan
menggunakan suatu impuls (dorongan atau rangsangan) atau perasaan yang
menimbulkan kecemasan dengan lawan atau kebalikannya dalam kesadaran. misalnya
benci diganti dengan cinta. Rangsangan aslinya masih tetap ada tetapi tertutup atau
tersembunyi dibalik suatu rangsangan lain yang tidak menimbulkan kecemasan. Cara membedakan rangsan
yang asli dengan reaksi formasi menurut
Freud yaitu biasanya reaksi formasi ditandai oleh sifat serba berlebihan,
ekstrim, dan kompulsif (bersifat memaksa). Kadang-kadang pembentukan reaksi
berhasil memuaskan impuls asli yang dilindungi atau disembunyikan. Secara sederhana reaksi
formasi dapat diartikan sebagai sebuah kebohongan ucapan atau sikap dalam
rangka mempertahankan diri dan menghilangkan kecemasan atas situasi yang
dialami, dengan istilah populernya “lain
di bibir lain di hati”, berbuat tidak sesuai dengan yang diingini.
Berlindung dibalik Perkataan
Bagi kalangan ahli
psikologi, perkataan dan tindakan dapat dijadikan analisa terhadap keadaan
batin seseorang, dibalik apa yang dikatakan dan yang dilakukan seseorang
mempunyai lebih dari satu makna yang dimaksud bahkan bisa berbelok dan berbalik
dengan tujuan utama dengan harapan mendapat ketenangan batin atau ketenangan
situasi yang dihadapi. Freud berpendapat bahwa
orang-orang yang kelihatan “bermoral” sebenarnya sedang bersusah payah melawan
ketidaknormalan mereka sendiri. Jadi karena diri mereka terancam, maka mereka
berperilaku baik dan sabar untuk menutupi keabnormalannya. Freud menyebut seorang
homoseksual yang bergabung dengan kelompok pembenci gay adalah sebuah contoh
kongkrit dari reaksi formasi.
Mekanisme pertahanan diri dalam bentuk reaksi
formasi sering dimasukan ke dalam neurosis
obsesional, mereka yang berkarakter obsesif dan gangguan kepribadian
obsesif memiliki ciri-ciri :
1.
Perasaan ragu dan hati-hati yang berlebihan.
2.
Keterpakuan pada rincian, peraturan, daftar, perintah,
organisasi, dan jadwal.
3.
Perfeksionis yang menghambat penyelesaian tugas.
4.
Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati, dan kecenderungan
yang tidak semestinya untuk menciptakan kesenangan dan hubungan interpersonal.
5.
Keterpakuan dan ketertarikan yang berlebihan pada
kebiasaan sosial.
6.
Kaku dan keras kepala.
7.
Pemaksaan secara tidak masuk akal agar orang lain
melakukan sesuatu menurut caranya, atau keengganan yang tak masuk akal
mengizinkan orang lain melakukan sesuatu.
8.
Mencampuradukkan pikiran atau dorongan yang bersifat
memaksa atau yang tidak disukai.
Dalam kehidupan
sehari-hari semua orang bisa melihat
ciri-ciri seseorang yang sedang mengalami reaksi formasi di antaranya
adalah gaya bicaranya yang meledak-ledak atau bahasa kasarnya bicaranya tanpa
ada titik dan koma sehingga yang mendengar bingung membedakan ini orang sedang
bicara bersemangat atau sedang marah. Ciri lainnya adalah salah ucap beberapa
kalimat dan sulit membenarkan walau diulang-ulang. Orang yang sedang
melakukan reaksi formasi biasanya dalam kehidupan sosial (dalam kelurga,
kelompok atau organisasi) sering memaksakan pendapatnya dan lebih parah lagi
tidak mau mendengarkan pendapat orang kalau tidak sesuai dengan yang
dikehendaki, orang lain dipaksa dengan berbagi cara untuk mengikuti kemauannya.
Sedang perilaku yang
dapat dilihat bagi yang sedang bertahan dengan cara reaksi formasi ini adalah
sikapnya yang kelihatan bersih (sebagai
upaya menutupi keburukan sifatnya), komentarnya yang seakan-akan suci (sebagai
upaya menutupi kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan). Ada beberapa contoh
untuk menguji kepekaan kita terhadap perilaku reaksi formasi. Misalnya seorang guru yang iri hati terhadap
prestasi guru lain, maka ia akan memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu
sangat menghormatinya (memuji) secara berlebihan. Tentu saja pujianya tidak
tulus, sehingga intonasi kalimat-kalimat pujian atau penghormatan terasa hampar,
dangkal dan terdengar seperti hinaan. Pujian
semu atau pujian berlebihan dari guru yang iri ini dalam rangka menghilangkan
beban kekecewaan yang dilanda, di samping itu tidak pantas seorang guru
melakukan tindakan-tindakan anarkhis bila sedang frustasi atau iri terhadap
prestasi guru lain yang menurut penilaiannya belum layak atau kemampuannya
masih berada jauh di bawahnya.
Sama
halnya seorang ibu yang membenci anaknya, karena kebencian kepada anak
merupakan sikap yang tercela, dan karenanya membuat si ibu mengalami rasa
berdosa dan kecemasan, maka si ibu kemudian mengungkapkan sikap sebaliknya,
yakni menyayangi anaknya secara berlebihan. Contoh lain seorang
yang getol melarang perjudian atau tindak kejahatan dengan maksud agar dapat
menekan kecenderungan dirinya sendiri ke arah itu, jadi perjuangan untuk
menyeru berbuat baik semata-mata karena dirinya punya potensi besar untuk
melakukan kejahatan dan untuk mengalihkan potensi tersebut dengan cara menyeru
orang lain untuk menghindar dari kejahatan atau menyeru berbuat baik.
Sisi Positif Reaksi Formasi
Kalau
kita tilik Pengertian reaksi formasi dalam mekanisme pertahanan diri adalah
seseorang mengadakan pembentukan reaksi ketika berusaha menyembunyikan motif
dan perasaan sebenarnya, dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan. Maka dengan
cara ini seseorang dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh
keharusan menghadapi ciri pribadi yang tidak menyenangkan.Perilaku reaksi formasi sangat
berbahaya bila kebaikan yang dilakukan sekedar hanya pura-pura dan untuk
memperoleh simpati semata, dan bila kepura-puraannya dilakukan secara terus
menerus akan menjadi penyakit psikis yang akan merusak diri sendiri dan juga
memutus hubungan dengan orang lain. Karena dalam pergaulan, orang lebih senang
bergaul dengan orang-orang yang tulus dari pada orang yang sekedar cari muka.
Sedangkan contoh reaksi formasi berupa
pembalikan ke arah yang positif yaitu kebencian dibuat samar dengan menampilkan
sikap penuh kasih sayang. Maka sikap kasih sayang adalah positif, dan lebih
positif lagi bila dilakukan secara tulus
bukan sekedar topeng atau ingin dijuluki si lemah lembut. Reaksi yang
berlawanan dari keadaan yang sesungguhnya juga positif bila yang dilawan adalah
hal-hal yang buruk yang merugikan diri sendiri atau orang lain.
Tugas Pendidikan
John Dewey mendefinisikan pendidikan
adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual
dan emosional. Sedangkan tugas pendidikan menurut Ahmad D Marimba adalah membimbing
perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Maka tugas pendidikan kaitannya dengan mekanisme pertahanan diri dalam bentuk
reaksi formasi adalah membentuk pribadi-pribadi cerdas secara intelektual dan
emosial, sehat jasmani dan rohaninya, bukan pribadi yang reaktif. Sifat
dasar manusia adalah senang perilaku baiknya diketahui orang lain, sebaliknya
selalu berusaha menutupi kesalahan yang pernah dilakukan agar orang lain tidak
mengetahuinya. Karenanya meskipun kita tahu bahwa seseorang sedang melakukan
reaksi formasi, artinya melakukan tindakan bersifat pura-pura janganlah
langsung kita menegurnya, karena akan menghadirkan kebencian dan penolakan.
Bahaya yang perlu dicegah akibat penggunaan
pertahanan diri dalam bentuk reaksi formasi adalah sifat obsesif dengan ciri
utamanya perfeksionis, ingin melihat segala sesuatu dalam keadaan sempurna,
oleh karenanya kita perlu mengarahkan energi obsesifnya dalam bentuk semangat
berjuang atau optimisme. Sehingga kenyataan yang ada dianggap sebagai anugerah
terbesar, bukan dipandang dari sisi kesempurnaan dan ketidak lengkapan. Ketulusan
menjadi tugas utama pendidik untuk menanamkan dalam pribadi peserta didiknya,
kekecewaan atau kecemasan yang diselesaikan dengan sifat berlawanan yang lebih
baik tanpa dibarengi dengan ketulusan dan niatan untuk melakukan yang terbaik
akan menjadikan galau berlama-lama menyertai kehidupan. Pribadi
utama yang dicita-citakan sebagai hasil akhir pendidikan adalah upaya membentuk
pribadi yang selaras antara pikiran, hati, lisan dan perbuatannya. Yang
diucapkan adalah yang telah dan hendak dilakukan, perbuatan mencerminkan kata
hati dan pikirannya, sehingga pantas menjadi tauladan.
Melengkapi
tulisan ini, perlu untuk diketahui oleh para pendidik, bila dijumpai peserta
didik yang selalu bertengkar mulut dengan siswa yang lain (antar lawan jenis) secara
permanen, sejatinya mereka bukanlah bertengkar atau sedang marah, mereka sedang
“berkencan” dengan bahasa komunikasi yang berlawanan (reaksi formasi), sebab
mereka akan malu bila hasrat cinta di antara keduanya diketahui oleh siswa lain
utamanya sang guru. Tom and Jerry serial film kartun, adalah
salah satu serial yang mengambarkan reaksi formasi, hakikinya tikus dan kucing
tidak bisa hidup rukun bersandingan, saling bermusuhan, saling mengusik, bahkan
saling membuat perangkap. Walaupun si tikus dan si kucing bermusuhan, di akhir episode tidak ada yang marah, tidak
ada yang tersinggung, keduanya selalu meng-up
grade trik-trik baru untuk menyegarkan tawa penonton. Tom and Jerry simbol
kencan dalam bentuk pertengkaran, karena tidak mungkin bisa disatukan antara
tikus dan kucing, bercinta dengan cara membenci itulah reaksi formasi.
Hamim T. Majdi
Magister Psikologi Pendidikan
Direktur LPDK Argopani Cendekia
Lumajang
0 komentar:
Post a Comment